RUMPUN KENANGAN
Dialah bilah-bilah yang tumbuh di atas bukit, seperti rekaman pita suara, mengulang kisah-kisah kita.
Mericit, seperti sangau dua batang bambu, yang saling mengapit.
Barangkali, dia sedang mengupas tubunhya sendiri.
Menjatuhkan cinta, pada lapuk yang tak tampak di pelupuk mata.
Menyembunyikan luka, agar dia leluasa bersandiwara, seakan-akan, rentang pelukan cukup lapang, menumbuhkan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar