hampir pagi, jemari menepiskan sepi.
Mengguratkan luka, seraya menghitung debar dalam dada kekasihhya.
Sepotong kertas, dan
Memar yang masih segar.
Memuisikan, kata-kata, dan rindu yamg terlalu biasa.
aku
ke sini, kau ke sana. suatu ketika, barangkali
kita beristirahat di tempat yang sama.
hanya kita, cinta, dan dosa yang paling nyata.
Bagaimana perih itu, telah terbiasa
Memelukku, dan kamu, dengan memar yang telah menghitam,
Melupakan sejenak, bahwa luka leluasa, dan lebih nyata adanya. Didada kita, kekasih.
baik,
BalasHapusaku ke sini, kau ke sana.
suatu ketika, barangkali
kita beristirahat di tempat yang sama.
makasih kk sulis dah hadir, dan selalu menjadi sumber inspirasi untuk saya, semoga tidaklah marah.
BalasHapusndakpapa, nopa
BalasHapusterus berkarya :)