Rabu, 09 Mei 2012

Puisi untuk wiji

Puisi untuk Wiji Kaulah gadis belia, di awal pagi Kekasih yang memekarkan bunga-bunga dimusim semi Menanam, merawat segala yang menggetarkan isi hati Menjelma detak jantung, memenuhi segala sisi dan ruang-ruang sunyi. Wiji,,, Kaulah/ puisi pagi itu Yang menghangatkan jiwa/ dari rasa sepi Yang melahirkan rasa ingin, dan rindu yang enggan pergi Wiji,,,, Musim tetaplah musim Sebab keabadian hanya milik kenangan Sedang rindu tetaplah rindu Tetapi takdir, telah diteatapkan. wiji,,, pada senja paling rapuh, Disepasang matamu yang teduh, kekasihmu menakar rindu. Dengan sesekali mengingat sesuatu. Kau atau dia, Meninggalkanmu atau membiarkan dia, kekasih lain yang lebih mencintaimu. Wiji,,, Rindu tak melulu tumbuh dan berbunga Dimusim gugur, dari antara ranting-ranting , kepedihan berjatuhan, walau sebenarnya tidak pernah kita inginkan. Musim, tidaklah salah Tetapi aku yang terlalu mudah menyerah Oleh waktu, dan musim-musim yang selalu tampak lebih gagah Membiarkanmu pergi, kepada tempat yang entah Aku pergi, kau pun pergi Kita melangkah berjauhan Meninggalkan bukit musim hujan Dan hutan pinus yang selalu menawarkan hangatnya pelukan Wiji,,,, Tak ada yang perlu kita sesalkan Sebab mungkin, tampaku kau temukan kebahagiaan Hal yang mungkin, takkan pernah bisa kuberikan Sampai segala musim terlewatkan Wiji,,,, Kau disana, aku disini Semoga doa baik, terkabulkan tiap kali Melupakan kesedihan dari hati Kenangan kita, yang tak akan pernah kembali. Teruntuk: wiji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar