Sukses itu pikiran, jika kamu berpikir akan sukses lalu bertindak maka itu akan kenyataan
Rabu, 18 April 2012
Pasar
pasar
Oleh Nopalina Manurung
di hari libur, aku selalu suka mengunjungi keramaian, dimana ada kutemui bermacam-macam wajah disana. bukan mall atau kawasan elit lainnya. Aku selalu suka, berdiri diantara penjaja ikan asin juga preman kecil yang menjadi juru parkir disana. menyaksikan keramaian yang sangat sederhana. Suara rengek anak kecil dan teriakan penjaja pakaian bekas dimana-mana. Tiga lima ribu,,,,, tiga lima ribu, begitu katanya. Juga wanita sederhana, menenteng keranjang berisi sayuran, yang sesekali berhenti, memberikan sapa kepada seseorang yang mungkin dikenal . Mungkin sedikit berbasa basi, karena bertemu. Bisa kubayangkan, hal-hal apa yang paling suka mereka bicarakan, mungkin tentang dapur, anak-anak dan suami yang sudah pergi bekerja subuh tadi. Atau sebagian dari mereka, sedang bekerja, jadi ibu rumah tangga bagi pemilik rumah mewah dan fasilitas-fasilitas mewah di keramaian yang berbeda.
Disudut gang keramaian, kulihat pengemis tua, menadahkan mangkok biru bertali kuning, menyanyikan lagu tua, yang mungkin telah dinyanyikannya beberapa kali dalam satu hari itu. lalu seorang ibu menjatuhkan uang recehan beberapa keping, tringgg begitu bunyinya. Lalu berlalu, tanpa memikirkan adakah orang-orang yang menyaksikannya berbuat baik. Saya tahu, Itu hanya beberapa keping, sisa uang belanja dari penghasilan suami yang tidak seberapa.
tetapi tidak lupa bersyukur kepada pencipta, ah sesekali jadi terngiang ditelingaku, isi buku suci yang diajarkan pendeta minggu lalu digereja. Barang siapa berbuat baik kepada anak kecil ini, dia melalukannya untukku. Dan barang siapa berbuat baik kepadaku, dia melakukkannya untuk Bapaku. Begitulah kira-kira, lalu tiba-tiba saja hatiku bahagia sekali, seperti mendapatkan penemuan yang baru. Ah si ibu sederhana melakukan kebaikan kepada dua orang sekaligus pikirku,
Lalu kudekati pengemis tua itu, seraya bergumam dalam hati, apa yang membuatnya tidak bekerja, kulihat dia memiliki tangan yang bulat seperti pemukul bola kasti, kaki berukuran kecil yang tak berdaya, timbul iba hatiku, lalu ku jatuhkan beberapa lembar uang ribuan, lalu pergi.
Dalam hati aku bertanya, adakah yang kulakukan ini perbuatan baik, atau hanya iba semata.
Yang harus meneliti dahulu, pantaskah dia menerima sesuatu dariku. Yang sementara, lebih dari itu dengan sekejap kuhabiskan dalam sehari, seperti menghabiskan berbatang-batang coklat yang seharusnya bukan kebutuhan pokok, atau sekedar membeli sepotong baju yang hanya dipakai beberapa kali, atau barang kali menghabiskannya untuk menjelajahi Jejaring sosial, ya seperti yang saya lakukan saat ini. Hanya untuk sekedar melihat gosip hari ini, juga hal-hal yang menarik di tertawakan.
Ah, entah didunia mana saya kini tinggal. Diantara wanita, yang membicarakan hal-hal aneh sebelum matahari tenggelam,lalu menggantikan hari yang baru. Seperti membicarakan si anu kerja apa, punya apa, menyukai apa? Atau di didunia tua, yang mencintai segala yang fana? ah sepertinya tak ada bedanya bukan,
Aku hanya ingin jadi ibu seperti dipasar tadi, bukan menjadi aku yang sekarang. Atau mungkin jadi, seperti pasar tadi, dimana kepura-puraan, hanya ada Aku dan pikiranku sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
boleh pinjam kartu kreditnya gak dik ?
BalasHapus